Pertempuran Laut Di Indonesia

Pertempuran Laut Di Indonesia

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

5 Pertempuran di Indonesia Pasca Kemerdekaan – Diselenggarakannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia bukanlah menjadi akhir dari perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Meski sudah mengumandangkan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, banyak ujian yang harus dihadapi oleh negara Indonesia.

https://www.viva.co.id/

Sebab, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya saat sedang dalam keadaan vacuum of power atau kekosongan kekuasaan pasca Jepang mengaku kalah kepada sekutu. Karena adanya pengakuan kalah tersebut, pasukan sekutu akan mengambil alih wilayah yang menjadi bekas jajahan Jepang, termasuk Indonesia.

Inilah alasan mengapa kondisi keamanan serta pertahanan Indonesia belum benar-benar stabil pada masa-masa awal pasca kemerdekaan. Berbagai pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan pun terjadi di berbagai daerah. Dari berbagai perang yang terjadi, berikut 5 pertempuran kemerdekaan yang paling dikenang dalam sejarah.

Battle of Warships: Online

Battle of Warships: Online adalah game bertema kapal perang yang menampilkan pertempuran seru dengan teknologi canggih di tengah lautan. Dalam game ini, kamu bisa mengendalikan berbagai kapal perang legendaris dari era Perang Dunia I dan II. Tak hanya itu, kamu juga dapat meningkatkan mesin kapal untuk mengoptimalkan performa dan mengalahkan musuh.

Game ini menghadirkan lebih dari 20 kapal perang unik dengan grafis 3D realistis yang memukau. Pemain juga dapat menggunakan berbagai senjata mematikan, seperti torpedo, misil, dan masih banyak lagi, untuk mendominasi pertempuran.

Pertempuran Ambarawa

https://www.inews.id/

Pertempuran Ambarawa di Provinsi Jawa Tengah melibatkan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Indonesia dengan pasukan tentata Inggris. Pertempuran ini berlangsung selama sekitar tiga minggu, dimulai pada tanggal 20 November 1945 hingga 15 Desember 1945.

Pasukan Inggris mendarat di Jawa Tengah dengan tujuan untuk menyelamatkan para tawanan serta interniran yang ditahan oleh pasukan Jepang. Timbul perselisihan yang disebabkan karena sikap orang Belanda yang tidak mengenakkan ketika sedang menangani para tawanan tersebut.

Akhirnya terjadi bentrokan antara pasukan sekutu dengan TKR. Para pejuang Indonesia melakuka blokade pada sejumlah jalan serta menembaki pasukan Inggris, dan dibalas dengan menggunakan senapan mesin beserta mortir. Panglima Besar Sudirman langsung mengambil alih komando pasukan dalam pertempuran Ambarawa.

Pertempuran Ambarawa berlangsung dengan sengit. Pasukan sekutu dengan sangat serius ingin menghabis pasukan Republik Indonesia. Mereka mendatangkan beberapa pesawat terbang pemburu serta kapal penjelajah Inggris HMS Sussex, juga turut menembakkan meriam artilerinya ke daerah gunung Ungaran. Betapa seriusnya perang Ambarawa, hingga 75 orang yang pada masa itu berstatus sebagai bekas tawanan perang pun harus turut bertempur melawan TKR.

Meski demikian, memasuki pertengahan Desember, posisi pasukan Inggris semakin terjepit dalam pertempuran tersebut. Selain itu, mereka juga memiliki tugas untuk melindungi para tawanan yang telah dibebaskan. Pasukan Inggris pun akhirnya memutuskan untuk menyerah dan mundur dari Ambarawa.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

https://www.tribunnewswiki.com/

Tentara sekutu dalam Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) bersamaan dengan tentara Belanda (NICA) datang ke Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 di bawah pimpinan jenderal asal Inggris, A.W.S. Mallaby.

Kedatangan para prajurit ini bertujuan untuk membebaskan tawanan sekutu yang ditahan di Indonesia, menduduki tempat-tempat penting seperti Gedung Internatio dan Pangkalan Udara Tanjung Perak, serta menyebarkan pamflet yang berisi imbauan supaya masyarakat Indonesia menyerahkan senjata kepada Sekutu.

Hal ini tentu menyulut kemarahan arek-arek Surabaya. Sebagai masyarakat yang merdeka, mereka mengabaikan pamflet tersebut dan enggan untuk menyerahkan senjata. Pidato dari Bung Tomo yang berapi-api untuk mengajak seluruh masyarakat Surabaya untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia digaungkan melalui radio.

Para pemuda Surabaya pun menjadi semakin bersemangat untuk mengusir pasukan sekutu. Mereka melawan dan menyebabkan terjadinya pertempuran bersenjata yang pada akhirnya menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby di dekat jembatan merah.

Kematian Brigjen A.W.S. Mallaby membuat pihak sekutu menjadi murka. Mereka memperingatkan mayarakat Surabaya untuk menyerah paling lambat pada tanggai 10 November 1945 apabila tidak ingin dihancurkan. Namun. hal ini sama sekali tidak digubris.

Puncaknya, pada tanggal 10 November 1945, pasukan sekutu melakukan penyerangan di Kota Surabaya. Kurang lebih 16.000 pejuang Surabaya gugur dengan perbandingan sekitar 2000 tentara sekutu yang mati. Untuk mengenang semangat juang para pemuda Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tanggal 10 November akhirnya diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Pertempuran Medan Area

https://sumut.indozone.id/

Pertempuran Mefan Area merupakan konflik pertama yang terjadi setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pertempuran Medan Area ialah sebuah peristiwa perlawanan rakyat Indonesia terhadap munculnya Sekutu yang terjadi di Medan, Sumatra Utara.

Pada tanggal 9 Oktober 1945, dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu yang berasal Inggris ini diikuti oleh pasukan sekutu dan NICA yang telah dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Indonesia. Kedatangan tentara sekutu dan NICA ternyata memancing terjadinya berbagai insiden yang salah satunya terjadi di Hotel yang terletak di Jalan Bali, Kota Medan, Sumatra Utara pada tanggal 13 Oktober 1945.

Pada masa itu, seorang penghuni merampas sekaligus menginjak-injak lencana merah putih yang dikenakan oleh pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda Indonesia. Pada tanggal 13 Oktober 1945, barisan pemuda beserta dengan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya untuk merebut serta mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang.

Sekutu mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia supaya menyerahkan seluruh senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tak pernah dihiraukan hingga pada tanggal 1 Desember 1945, Sekutu memasang banyak papan yang tertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” (batas resmi wilayah Medan) di berbagai pinggiran kota Medan. Tindakan Sekutu itu dianggap sebagai tantangan bagi para pemuda.

Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu bersama dengan NICA melancarkan serangan besar-besaran di Kota Medan. Serangan ini menyebabkan banyak kerusakan serta banyak korban dari kedua belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu bersama NICA berhasil menguasai Kota Medan. Untuk sementara waktu, pusat perjuangan rakyat Medan berpindah ke daerah Siantar,disamping itu perlawanan para laskar pemuda dipindahkan ke luar Kota Medan. Perlawanan terhadap sekutu menjadi semakin sengit terutama pada saat tanggal 10 Agustus 1946 di Kota Tebing Tinggi.

Lalu, diadakanlah pertemuan antara para Komandan pasukan yang berjuang di Medan Area serta memutuskan untuk dibentuk nya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat guna untuk memperkuat perlawanan kepada Sekutu dan NICA di Kota Medan. Usai pertemuan para komando tersebut, pada tanggal 19 Agustus 1946 di Kabanjahe telah terdapat Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang berganti nama menjadi Komando Resimen Laskar Rakyat cabang Tanah Karo.

Komando Resimen Laskar Rakyat cabang Tanah Karo dipimpin oleh Matang Sitepu sebagai ketua umum dan dibantu oleh Tama Ginting, Selamat Ginting, Rakutta Sembiring, Payung Bangun, Keterangan Sebayang, dan R.M. Pandia dari N.V Mas Persada Koran Karo-karo.

Di dalam Barisan Laskar Rakyat ini seluruh potensi kepemimpinan pemuda dengan berisan-barisan perjuangannya dirangkul dan digabungkan ke dalam Barisan Pemuda Indonesia termasuk para anggota bekas organisasi lain yang masih ada.

Dalam prosesnya, Komando Laskar Rakyat kemudian berubah menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR) Tanah Karo yang merupakan tentara resmi pemerintah Indonesia, di mana Djamin Ginting yang merupakan bekas komandan pleton Gyugun ditetapkan sebagai Komandan Pasukan Teras. Pada umumnya, yang menjadi anggota BKR ini merupakan orang-orang bekas anggota Gyugun atau Heiho serta berisan-barisan lain yang pernah dibentuk oleh Jepang.

Untuk melanjutkan perjuangan, maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando resimen ini secara terus menerus mengadakan serangan terhadap Sekutu di daerah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatra terjadi perlawanan antara rakyat baik terhadap Jepang, Sekutu, maupun pihak Belanda. Pertempuran itu terjadi di daerah yang lainnya juga, antara lain yakni Berastagi, Bukit Tinggi, Padang, dan juga Aceh.

Pertempuran Ambarawa

https://www.inews.id/

Pertempuran Ambarawa di Provinsi Jawa Tengah melibatkan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Indonesia dengan pasukan tentata Inggris. Pertempuran ini berlangsung selama sekitar tiga minggu, dimulai pada tanggal 20 November 1945 hingga 15 Desember 1945.

Pasukan Inggris mendarat di Jawa Tengah dengan tujuan untuk menyelamatkan para tawanan serta interniran yang ditahan oleh pasukan Jepang. Timbul perselisihan yang disebabkan karena sikap orang Belanda yang tidak mengenakkan ketika sedang menangani para tawanan tersebut.

Akhirnya terjadi bentrokan antara pasukan sekutu dengan TKR. Para pejuang Indonesia melakuka blokade pada sejumlah jalan serta menembaki pasukan Inggris, dan dibalas dengan menggunakan senapan mesin beserta mortir. Panglima Besar Sudirman langsung mengambil alih komando pasukan dalam pertempuran Ambarawa.

Pertempuran Ambarawa berlangsung dengan sengit. Pasukan sekutu dengan sangat serius ingin menghabis pasukan Republik Indonesia. Mereka mendatangkan beberapa pesawat terbang pemburu serta kapal penjelajah Inggris HMS Sussex, juga turut menembakkan meriam artilerinya ke daerah gunung Ungaran. Betapa seriusnya perang Ambarawa, hingga 75 orang yang pada masa itu berstatus sebagai bekas tawanan perang pun harus turut bertempur melawan TKR.

Meski demikian, memasuki pertengahan Desember, posisi pasukan Inggris semakin terjepit dalam pertempuran tersebut. Selain itu, mereka juga memiliki tugas untuk melindungi para tawanan yang telah dibebaskan. Pasukan Inggris pun akhirnya memutuskan untuk menyerah dan mundur dari Ambarawa.

5 Pertempuran di Indonesia Pasca Kemerdekaan – Diselenggarakannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia bukanlah menjadi akhir dari perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Meski sudah mengumandangkan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, banyak ujian yang harus dihadapi oleh negara Indonesia.

https://www.viva.co.id/

Sebab, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya saat sedang dalam keadaan vacuum of power atau kekosongan kekuasaan pasca Jepang mengaku kalah kepada sekutu. Karena adanya pengakuan kalah tersebut, pasukan sekutu akan mengambil alih wilayah yang menjadi bekas jajahan Jepang, termasuk Indonesia.

Inilah alasan mengapa kondisi keamanan serta pertahanan Indonesia belum benar-benar stabil pada masa-masa awal pasca kemerdekaan. Berbagai pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan pun terjadi di berbagai daerah. Dari berbagai perang yang terjadi, berikut 5 pertempuran kemerdekaan yang paling dikenang dalam sejarah.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

5 Pertempuran di Indonesia Pasca Kemerdekaan – Diselenggarakannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia bukanlah menjadi akhir dari perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Meski sudah mengumandangkan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, banyak ujian yang harus dihadapi oleh negara Indonesia.

https://www.viva.co.id/

Sebab, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya saat sedang dalam keadaan vacuum of power atau kekosongan kekuasaan pasca Jepang mengaku kalah kepada sekutu. Karena adanya pengakuan kalah tersebut, pasukan sekutu akan mengambil alih wilayah yang menjadi bekas jajahan Jepang, termasuk Indonesia.

Inilah alasan mengapa kondisi keamanan serta pertahanan Indonesia belum benar-benar stabil pada masa-masa awal pasca kemerdekaan. Berbagai pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan pun terjadi di berbagai daerah. Dari berbagai perang yang terjadi, berikut 5 pertempuran kemerdekaan yang paling dikenang dalam sejarah.

Bandung Lautan Api

https://www.liputan6.com/

Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1946. Dalam waktu kurang lebih tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar tempat tinggal mereka dan meninggalkan kota untuk menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan guna untuk mencegah tentara Sekutu beserta dengan tentara NICA Belanda untuk menjadikan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam upaya perang untuk merusak kemerdekaan Indonesia.

Pasukan Inggris yang dipimpin oleh Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Pada mulanya, hubungan mereka dengan pemerintah Republik Indonesia sudah tidak baik. Mereka menuntut supaya semua senjata api yang ada di tangan masyarakat, kecuali bagi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), diserahkan kepada sekutu. Disamping itu, Para orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan berbagai tindakan yang mengganggu keamanan sekitar. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara tentara Inggris dengan TKR tak bisa terhindarkan.

Pada malam hari, tanggal 21 November 1945, TKR dibantu dengan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap tempat yang dijadikan markas oleh tentara Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Preanger dan Hotel Homann. Tiga hari kemudian, pemimpin pasukan Inggris, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat untuk mengosongkan Bandung Utara dari para penduduk Indonesia termasuk juga para pasukan bersenjata.

Ultimatum dari Tentara Sekutu supaya Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi “bumi hangus”. Para pejuang pihak Republik Indonesia merasa tak rela apabila Bandung digunakan oleh pihak Sekutu dan NICA untuk dijadikan sebagai markas. Keputusan untuk membumi-hanguskan Bandung diputuskan melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946.

Kolonel Abdoel Haris Nasoetion yang pada masa itu menjabat sebagai Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan untuk segera melakukan evakuasi ke luar Kota Bandung. Pada hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang untuk meninggalkan kota Bandung dan pada malam itu juga pembakaran kota berlangsung.

Kota Bandung dengan sengaja dibakar oleh TRI dan masyarakat setempat dengan maksud supaya Sekutu tidak bisa menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Tentara Inggris murka dan mulai menyerang sehingga terjadi sebuah pertempuran sengit. Pertempuran terbesar terjadi di Desa Dayeuhkolot, yakni daerah sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar yang dimiliki oleh Tentara Sekutu.

Dalam pertempuran ini dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) yakni Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan terjun ke dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang dengan menggunakan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi yang berada di dalamnya.

Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya berencana untuk tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan, maka pada pukul 21.00 WIB, mereka turut ikut dalam rombongan yang melakukan evakuasi dari kota Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih sekitar pukul 00.00 WIB, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan juga TRI. Meski demikian, api masih membubung tinggi membakar kota, sehingga Bandung pun seakan menjadi lautan api.

Pembakaran total kota Bandung tersebut dianggap sebagai strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena pada masa itu, kekuatan TRI bersama dengan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan dari pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Pasca peristiwa tersebut, TRI bersama dengan milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya di luar Bandung.

https://www.minews.id/

Salah satu pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan yang paling dikenang ialah perang Puputan Margarana di Bali pada tanggal 20 November 1946. Pertempuran ini dipimpin oleh Kolonel I Gusti Ngurah Rai.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan, I Gusti Ngurah Rai menerima tugas membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di daerahnya untuk menghadang agresi dari pihak Belanda yang ingin kembali untuk menguasai Bali. Ia pun membentuk pasukan yang dinamakan sebagai pasukan Ciung Wanara.

Pada perjanjian Linggarjati 10 November 1946, pihak Belanda hanya mengakui Sumatera, Jawa, dan Madura sebagai wilayah dari Republik Indonesia. Sedangkan Belanda ingin menjadikan Bali masuk ke dalam wilayah Negara Indonesia Timur (NIT). I Gusti Ngurah Rai pun dibujuk oleh para pasukan Belanda untuk bergabung. Akan tetapi, rasa cintanya kepada Republik Indonesia membuatnya enggan.

I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukan Ciung Wanara untuk merampas seluruh persenjataan yang dimilki oleh polisi NICA yang sedang menduduki Kota Tabanan. Sikap dari Ngurah Rai membuat pihak Belanda geram dan ingin membalas dendam.

Saat pasukan Ciung Wanara beserta dengan sang pemimpin sedang melakukan long march ke Gunung Agung, mereka diserang oleh pasukan Belanda. Dalam kondisi terdesak, Ngurah Rai mengeluarkan perintah Puputan atau pertempuran habis-habisan yang mengeluarkan seluruh tenaga. Dalam pandangan para pejuang Bali, lebih baik berjuang sebagai ksatria daripada menyerah dan jatuh ke tangan musuh.

Sengitnya perlawanan tersebut, membuat militer Belanda mengerahkan pesawat tempur yang diterbangkan dari Makassar. Pasukan Ciung Wanara dijatuhi bom dan juga rentetan tembakan. Namun, Pasukan Ngurah Rai tak mundur.dan menjadikan I Gusti Ngurah Rai gugur bersama dengan 95 orang pasukannya. Sedangkan sekitar 400 orang dari pihak Belanda tewas.

Bandung Lautan Api

https://www.liputan6.com/

Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1946. Dalam waktu kurang lebih tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar tempat tinggal mereka dan meninggalkan kota untuk menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan guna untuk mencegah tentara Sekutu beserta dengan tentara NICA Belanda untuk menjadikan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam upaya perang untuk merusak kemerdekaan Indonesia.

Pasukan Inggris yang dipimpin oleh Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Pada mulanya, hubungan mereka dengan pemerintah Republik Indonesia sudah tidak baik. Mereka menuntut supaya semua senjata api yang ada di tangan masyarakat, kecuali bagi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), diserahkan kepada sekutu. Disamping itu, Para orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan mulai melakukan berbagai tindakan yang mengganggu keamanan sekitar. Akibatnya, bentrokan bersenjata antara tentara Inggris dengan TKR tak bisa terhindarkan.

Pada malam hari, tanggal 21 November 1945, TKR dibantu dengan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap tempat yang dijadikan markas oleh tentara Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Preanger dan Hotel Homann. Tiga hari kemudian, pemimpin pasukan Inggris, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat untuk mengosongkan Bandung Utara dari para penduduk Indonesia termasuk juga para pasukan bersenjata.

Ultimatum dari Tentara Sekutu supaya Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi “bumi hangus”. Para pejuang pihak Republik Indonesia merasa tak rela apabila Bandung digunakan oleh pihak Sekutu dan NICA untuk dijadikan sebagai markas. Keputusan untuk membumi-hanguskan Bandung diputuskan melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan seluruh kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 23 Maret 1946.

Kolonel Abdoel Haris Nasoetion yang pada masa itu menjabat sebagai Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan untuk segera melakukan evakuasi ke luar Kota Bandung. Pada hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang untuk meninggalkan kota Bandung dan pada malam itu juga pembakaran kota berlangsung.

Kota Bandung dengan sengaja dibakar oleh TRI dan masyarakat setempat dengan maksud supaya Sekutu tidak bisa menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Tentara Inggris murka dan mulai menyerang sehingga terjadi sebuah pertempuran sengit. Pertempuran terbesar terjadi di Desa Dayeuhkolot, yakni daerah sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar yang dimiliki oleh Tentara Sekutu.

Dalam pertempuran ini dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) yakni Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan terjun ke dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut. Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang dengan menggunakan dinamit. Gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi yang berada di dalamnya.

Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya berencana untuk tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan, maka pada pukul 21.00 WIB, mereka turut ikut dalam rombongan yang melakukan evakuasi dari kota Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih sekitar pukul 00.00 WIB, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan juga TRI. Meski demikian, api masih membubung tinggi membakar kota, sehingga Bandung pun seakan menjadi lautan api.

Pembakaran total kota Bandung tersebut dianggap sebagai strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena pada masa itu, kekuatan TRI bersama dengan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan dari pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Pasca peristiwa tersebut, TRI bersama dengan milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya di luar Bandung.

https://www.minews.id/

Salah satu pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan yang paling dikenang ialah perang Puputan Margarana di Bali pada tanggal 20 November 1946. Pertempuran ini dipimpin oleh Kolonel I Gusti Ngurah Rai.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan, I Gusti Ngurah Rai menerima tugas membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di daerahnya untuk menghadang agresi dari pihak Belanda yang ingin kembali untuk menguasai Bali. Ia pun membentuk pasukan yang dinamakan sebagai pasukan Ciung Wanara.

Pada perjanjian Linggarjati 10 November 1946, pihak Belanda hanya mengakui Sumatera, Jawa, dan Madura sebagai wilayah dari Republik Indonesia. Sedangkan Belanda ingin menjadikan Bali masuk ke dalam wilayah Negara Indonesia Timur (NIT). I Gusti Ngurah Rai pun dibujuk oleh para pasukan Belanda untuk bergabung. Akan tetapi, rasa cintanya kepada Republik Indonesia membuatnya enggan.

I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukan Ciung Wanara untuk merampas seluruh persenjataan yang dimilki oleh polisi NICA yang sedang menduduki Kota Tabanan. Sikap dari Ngurah Rai membuat pihak Belanda geram dan ingin membalas dendam.

Saat pasukan Ciung Wanara beserta dengan sang pemimpin sedang melakukan long march ke Gunung Agung, mereka diserang oleh pasukan Belanda. Dalam kondisi terdesak, Ngurah Rai mengeluarkan perintah Puputan atau pertempuran habis-habisan yang mengeluarkan seluruh tenaga. Dalam pandangan para pejuang Bali, lebih baik berjuang sebagai ksatria daripada menyerah dan jatuh ke tangan musuh.

Sengitnya perlawanan tersebut, membuat militer Belanda mengerahkan pesawat tempur yang diterbangkan dari Makassar. Pasukan Ciung Wanara dijatuhi bom dan juga rentetan tembakan. Namun, Pasukan Ngurah Rai tak mundur.dan menjadikan I Gusti Ngurah Rai gugur bersama dengan 95 orang pasukannya. Sedangkan sekitar 400 orang dari pihak Belanda tewas.